Logo

Desa Tune

Kabupaten Kab Timor Tengah Selatan

Home

Profil Desa

Infografis

Listing

IDM

Berita

Belanja

PPID

Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Pengayom Komunitas di Bubneo

Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Pengayom Komunitas di Bubneo

Invalid Date

Ditulis oleh Administrator

Dilihat 31 kali

Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Pengayom Komunitas di Bubneo

Kisah dua bersaudara yang menjadi pengayom bagi komunitasnya di Bubneo Desa Tune, tahun 2025, merupakan sebuah kisah inspiratif tentang kepemimpinan dan rekonsiliasi. Mereka adalah sisa dari tujuh bersaudara, keturunan To Oematan dan Neno Tefa (Welem Hendrik Oematan dan Yuliana Tefa) yang berakar dari Bestaumuti, dahulu dikenal sebagai Bubneo. Di tempat ini, terdapat dua turunan, Kono dan Oematan, yang disebut Feotnai (Feot Bikaunan dan Feot Bimese). Mengingat jarak antara Nunbena dan Miomafo yang cukup jauh, tetua adat dari kedua Feotnai bermusyawarah untuk memilih seorang Atukus (Pengayom/Pelindung). utusan pun dikirim ke Rumah Tua Marga Oematan Oelalali (Nunbena) untuk menyampaikan maksud tersebut. Pesan yang disampaikan berbunyi, "Pua litas fua faon ma Manu Putif Futu Faon" (Dua jalur bertemu dan Burung Perkutut Bertemu Burung Perkutut). Jawaban dari Nunbena adalah "Fani nai ma Musikmane ai Lete Nunenis ma Nunuh Nunenis Na Aefnan ma nataunan" (Cari dan temukan dia yang kamu minta, lihat dan cari di Nunenis ). Kalimat tersebut merujuk pada To Oematan yang saat itu berusia delapan belas tahun dan sering berkunjung ke Nunenis. To Oematan, atau Welem H. Oematan, lahir dari Baki Saba, yang memiliki keluarga di Nunenis. Ayahnya, Kono Tabelak Oematan dari Nunbena, menikah dengan Baki Saba dan kemudian kembali ke Nifu. To Oematan dibesarkan oleh Baki Saba, dan setelah Baki Saba meninggal empat tahun kemudian, ia diasuh oleh neneknya, To/Funan Olla. Sekembalinya dari Nifu, para utusan menyampaikan bahwa Atukus yang dicari adalah To Oematan, atau To Mese. To Mese dijemput dari Nunenis dan dibawa ke Bubneo. Musyawarah pengukuhan Atukus untuk Feot Bimese dan Feot Bikaunan pun dilaksanakan. Kalimat sakral "mautnai To, neno i matabu I, homfaenkum aneot ma ahafot, atukus ma anonot neo feot bimese ma feot bikaunan, lasjet anaonanen ma menset anaonanen, amkehmaenkum koeblasi ma koebmenas, homfaenkum onle nanum ai bubuk in’oen he anin anfu neman tap, holenan Aonanum ma Aobubuk” diucapkan dalam upacara tersebut. Beberapa tahun kemudian, To Oematan wafat dan digantikan oleh putra sulungnya, Zakarias Oematan. kemudian Pada 16 Maret 2019 Petrus Oematan, didampingi adiknya Ruben Oematan, dikukuhkan sebagai Atukus dalam musyawarah adat di Ume Puinlam Kaenka/Ume Nun’isu menggantikan kakak mereka Zakharias Oematan. Pesan yang disampaikan adalah "mutuk bimese ma bikaunan he uis oematas anpu knit saon napjam tunbes hatmampao ai uis kono anpu knit mansaon leonam nunaum hatmampao." Hingga kini, Petrus Oematan dan Ruben Oematan terus membangun rekonsiliasi dan relasi dengan marga besar Olla, Anone, dan Anin Anone. Mereka bekerja sama untuk memulihkan Bubneo melalui program pengembangan, pengelolaan, pelestarian, dan pemanfaatan tradisi budaya yang terancam punah. Penulis: Arid E. P. Oematan

Bagikan:

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Logo

Desa Tune

Kecamatan Tobu

Kabupaten Kab Timor Tengah Selatan

Provinsi Nusa Tenggara Timur

© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia